Estimasi Persediaan
Metode Laba Kotor
Metode laba kotor menggunakan estimasi laba kotor untuk mengestimasi besarnya persediaan pada akhir periode. Metode laba kotor ini berdasarkan observasi bahwa hubungan antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan biasanya relative cukup stabil dasi satu period eke periode berikutnya. Jadi, besarnya persentase laba kotor untuk periode berjalan di asumsikan sama dengan besarnya persentase laba kotor yang dihasilkan dalam periode-periode sebelumnya.
Persentase laba kotor periode lalu sebesar 40 % akan digunakan untuk menentukan besarnya estimasi laba kotor bulan januari, vang kemudian selanjutnya memungkinkan untuk melakukan penghitungan atas besarnya estimasi harga pokok penjualan dan persediaan akhir.
Penjualan bersih (aktual) Rp. 500.000.000 100 %
Harga pokok penjualan (estimasi) (Rp. 300.000.000) ( 60 %)
Laba kotor (estimasi) Rp. 200.000.000 40%
Setelah besarnya estimasi harga pokok penjualan diperoleh, estimasi persediaan akhir dapat dihitung dengan cara :
Persediaan awal (aktual) Rp.250.000.000
Harga pokok barang yang dibeli (aktual) Rp.400.000.000
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual (aktual) Rp. 650.000.000
Harga pokok penjualan (estimasi) (Rp300.000.000)
Persediaan akhir (estimasi) Rp.350.000.000
Besarnya estimasi persediaan akhir ini sekarang dapat digunakan dalam laporan keuangan 31 Januari atau dapat dibandingkan dengan catatan persediaan perpetual (jika ada), atau juga dapat digunakan sebagai dasar dalam perhitungan klaim asuransi jika seandainya saja musibah terjadi atas persediaan.
Sebagai catatan, besarnya harga pokok dari barang yang dibeli ini merupakan penjumlahan antara besarnya pembelian bersih (pembelian dikurangi dengan potongan pembelian dan retur pembelian serta penyesuaian harga beli) dengan besarnya ongkos angkut masuk.
Metode Harga Ecer (Harga Jual)
Metode harga jual banyak dipakai oleh perusahaan pengecer untuk menghitung nilai persedian akhir menurut estimasi harga pokoknya (harga perolehan). Sama seperti metode laba kotor, metode harga ecer ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya estimasi. persediaan kapanpun diinginkan, dan memungkinkan untuk mengestimasi nilai persediaan tanpa memerlukan waktu dan biaya untuk melakukan penghitungan fisik atas persediaan atau untuk menyelenggarakan catatan persediaan perpetual.
Metode harga ecer akan tetapi lebih fleksibel dibanding dengan metode laba kotor, karena dengan metode harga ecer memungkinkan perusahaan untuk mengestimasi nilai persediaan berdasarkan metode penilaian FIFO, LIFO, rata-rata, dan bahkan metode harga yang terendah antara harga perolehan dengan harga pasar. Dalam bahasan kali ini, hanya akan diilustrasikan tehnik estimasi metode harga ecer berdasarkan metode penilaian rata-rata, sedangkan selebihnya (secara terinci) akan dibahas nanti dalam buku akuntansi lanjutannya. Demikian juga, dalam bagian (buku) ini tidak akan dibahas secara khusus mengenai perlakuan yang tepat atas potongan penjualan, retur penjualan, penyesuaian harga jual, potongan pembelian retur pembelian, penyesuaian harga beli, dan ongkos angkut masuk. Jadi, untuk menyederhanakan ilustrasi yang akan diberikan dalam
bahasan kali ini, diasumsikan bahwa besarnya penjualan bersih adalah sama dengan besarnya penjualan bruto, dan besarnya harga pokok dari barang yang dibeli adalah sama dengan besamya pembelian bruto.
Ketika tehnik estimasi dengan metode harga ecer digunakan, catatan atas barang yang dibeli haruslah diselenggarakan dalam dua jumlah, yaitu sebesar harga perolehan dan harga ecer (harga jual). Untuk tehnik estimasi metode harga ecer berdasarkan metode penilaian rata-rata, besarnya persentase harga pokok (harga perolehan) dihitung dengan cara membagi harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual menurut harga perolehan dengan harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual menurut harga ecer. Untuk menghitung besarnya nilai persediaan akhir menurut estimasi harga pokok (harga perolehan), persentase harga pokok (harga perolehan) tersebut akan dikalikan dengan nilai persediaan akhir menurut harga ecer. Nilai persediaan akhir menurut harga ecer ini dihitung dengan cara mengurangkan besarnya harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual menurut harga ecer dengan jumlah penjualan bersih sepanjang periode. Dalam metode harga ecer yang berdasarkan metode penilaian rata-rata, besarnya persediaan awal dan harga pokok dari barang yang dibeli dijumlahkan bersama untuk. menghitung satu persentase harga pokok (harga perolehan).
Ikhtisar Rumus:
o Persentase harga pokok (harga perolehan) =
harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual menurut harga perolehan
dibagi dengan
harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual menurut harga ecer
|
o Nilai persediaan akhir menurut harga ecer =
harga pokok dari barang yang tersedia untuk dijual menurut harga ecer
dikurang dengan
penjualan bersih sepanjang periode
|
o Nilai persediaan akhir menurut estimasi harga pokok (harga perolehan) =
Persentase harga pokok (harga perolehan)
dikali dengan
nilai persediaan akhir menurut harga ecer
|
Untuk mengilustrasikan aplikasi dari metode harga ecer, perhatikanlah contoh berikut ini:
Harga Pokok Harga Ecer
Saldo persediaan awal, 1 Januari Rp.30.000.000 Rp.50.000.000
Harga pokok barang yang
dibeli selama Januari Rp.30.000.000 Rp.40.000.000
Harga pokok barang yang
tersedia untuk dijual Rp.60.000.000 Rp.90.000.000
Persentase harga pokok (60 jt : 90 jt) = 66,7%
Penjualan bersih selama bulan Januari (Rp.65.000.000)
Persediaarr akhir menurut harga ecer Rp.25.000.000
Persediaan akhir menurut estimasi harga pokok Rp. 16.675.000
- (Rp. 16.675.000 = Rp. 25.000.000 x 66,7%)
Sumber: hanifsky
0 komentar: