Metode Penyusutan

Berbagai metode pengalokasian harga perolehan aktiva dapat digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan pertimbangan dari pihak manajemen perusahaan sendiri. Metode apapun yang dipilih oleh perusahaan harus dapat diterapkan secara konsisten dari period eke periode. Metode alokasi harga perolehan harus diseleksi agar sedapat mungkin mendekati pola pemakaian aktiva yang bersangkutan.

            Ada beberapa metode yang berbeda untuk menghitung besarnya beban penyusutan. Dalam praktik, kebanyakan perusahaan akan memilih satu metode penyusutan dan akan menggunakannya untuk seluruh aktiva yang dimilikinya. Beberapa metode tersebut yaitu :

Berdasarkan waktu :
A.    Metode garis lurus (straight line method)
B.     Metode pembebanan yang menurun (dipercepat):
1)      Metode jumlah angka tahun (sum of the years digits method)
2)      Metode saldo menurun ganda (double declining balance methode)
Berdasarkan penggunaan :
  1. Metode jam jasa (service hours method)
  2. Metode unit produksi (productive output method)

Dalam akuntansi, banyak terjadi pembelian aktiva tetap yang tidak dilakukan pada awal tahun buku perusahaan, melainkan pada saat-saat tertentu selama periode berjalan. Apabila pembelian aktiva dilakukan sebelum tanggal 15, maka pembelian aktiva tersebut akan dianggap seolah-olah telah terjadi untuk satu bulan penuh, dengan kata lain pembelian akan dianggap terjadi pada hari pertama dari bulan tersebut. Dalam hal ini, perusahaan akan menghitung besarnya penyusutan atas aktiva untuk keseluruhan bulan bersangkutan. Namun untuk pembelian aktiva yang dilakukan pada tanggal 15 atau sesudahnya, akan dianggap seolah-olah sebagai pembelian yang terjadi pada awal bulan berikutnya, dengan kata lain pembelian akan dianggap terjadi pada hari pertama dari bulan berikutnya. Dalam hal ini, perusahaan juga akan tetap menghitung besarnya penyusutan atas aktiva untuk keseluruhan bulan, hanya saja baru akan diperhitungkan mulai untuk bulan berikutnya. Metode penyusutan yang digunakan untuk tujuan pembukuan dapat berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan perpajakan.

Berdasarkan Waktu
            Metode alokasi harga perolehan umumnya terkait dengan berlalunya waktu, dimana aktiva digunakan sepanjang waktu dan kemungkinan keusangan akibat perubahan teknologi juga merupakan fungsi dari waktu. Dari metode penyusutan yang berdasarkan factor waktu, penyusutan garis lurus merupakan metode yang paling sering digunakan. Sedangkan metode penyusutan yang dipercepat berdasarkan pada asumsi bahwa akan ada penurunan yang cepat dalam efisiensi aktiva , output atau manfaat lain pada tahun-tahun awal umur aktiva.  Kebanyakan metode penyusutan yang dipercepat menggunakan metode saldo menurun ganda.

A. Metode Garis Lurus
Model metode garis lurus cukup sederhana. Metode ini menghubungkan alokasi biaya dengan beralalunya waktu dan mengakui pembebanan periodic yang sama sepanjang umur aktiva. Asumsi yang mendasari metode garis lurus ini adalah bahwa aktiva yang bersangkutan akan memberikan manfaat yang sama untuk setiap periodenya sepanjang umur aktiva, dan pembebanannya tidak dipengaruhi oleh perubahan produktifitas maupun efisiensi aktiva. Estimasi umur ekonomis dibuat dalam periode bulanan atau tahunan. Selisih antara harga perolehan aktiva dengan nilai residunya dibagi dengan masa manfaat aktiva akan menghasilkan beban penyusutan periodic.
Hasil perhitungan beban penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus akan dianggap tepat (layak) hanya jika asumsi-asumsi berikut ini terpenuhi, yaitu: beban perbaikan dan pemeliharaan tetap konstan sepanjang umur aktiva, tingkat efisiensi operasi aktiva pada periode berjalan sama baiknya dengan periode-periode sebelumnya, pendapatan (arus kas bersih) yang bisa dicapai dengan mempergunakan aktiva tersebut jumlahnya tetap konstan selama tahun-tahun umur aktiva, dan semua estimasi yang diperlukan, termasuk estimasi masa manfaat diprediksi dengan tingkat kepastian yang memadai.
Namun, karena adanya ketidakpastian dari sebagian besar factor tersebut diatas, maka untuk menemukan suatu metode penyusutan yang dapat menampung bebagai factor tersebut merupakan suatu hal yang sulit. Oleh karena itu, metode garis lurus seringkali diasumsikan sama akuratnya dengan metode lain. Selain itu, metode garis lurus dianggap cukup mudah untuk dilaksanakan dan dipahami.
Dengan menggunakan metode garis lurus, besarnya beban penyusutan periodic dapat dihitung sebagai berikut:
Rumus = Harga Perolehan – Estimasi Nilai Residu
                             Estimasi Masa Manfaat
            Untuk mengilustrasikan penggunaan metode garis lurus, asumsi bahwa pada awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-. Bedasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan memiliki umur ekonomi selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,- pada akhir tahun kelima.
Dengan menggunakan rumus diatas, maka besarnya beban penyusutan pertahun dapat ditentukan sebagai berikut:
Rp. 100.000.000 – Rp. 5.000.000
                        5 Tahun
= Rp. 19.000.000,- per tahun
Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa dengan masa manfaat 5 tahun, maka berarti besarnya tariff penyusutan pertahun adalah 20% (100% : 5), sehingga besarnya beban penyusutan pertahun menjadi 20% dari harga perolehan aktiva yang dapat disusutkan (Rp.100.000.000 – Rp. 5.000.000 = Rp. 95.000.000), yaitu Rp. 19.000.000,-.
Tabel yang meringkas besarnya penyusutan tahunan untuk seluruh umur aktiva tersebut adalah sebagai berikut (dalam ribuan Rupiah) :
Akhir Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku akhir

        2008
        2009
        2010
        2011
        2012

              19.000
              19.000
              19.000
              19.000
              19.000

               19.000
               38.000
               57.000
               76.000
               95.000
        100.000
          81.000
          62.000
          43.000
          24.000
            5.000

            Jika seandainya aktiva diatas dibeli dan ditempatkan pemakainya pada tanggal 14 September 2008, maka besarnya beban penyusutn untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008 adalah Rp. 6.333.333,- (4/12 x Rp. 19 Juta). Aktiva tetap ini berarti akan berakhir masa manfaatnya pada akhir bukan Agustus 2013, dimana besarnya beban penyusutan selama delapan bulan tersebut adalah Rp. 12.666.667,- (8/12 x Rp. 19 juta). Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 masing-masing adalah tetap sebesar Rp. 19.000.000,- (satu tahun penuh). Besarnya nilai residu pada akhir bulan Agustus 2013 adalah tetap Rp. 5.000.000,- (sesuai estimasi manajemen).
            Jika seandainya aktiva tetap di atas dibeli dan detempatkan pemakainnya pada tanggal 15 September 2008, maka besarnya beban penyusutan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2008 adalah Rp. 4.750.000,- (3/12 x Rp. 19 juta). Aktiva tetap ini berarti akan berakhir masa manfaatnya pada akhir bulan September 2013, dimana besarnya beban penyusutan selama sembilan bulan tersebut  adalah Rp. 14.250.000,- (9/12 x Rp. 19 juta). Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009, 2010, 2011, dan 2012 masing-masing adalah tetap sebesar Rp. 19.000.000,- (satu tahun penuh). Besarnya nilai residu pada akhir bulan September 2013 adalah tetap Rp. 5.000.000,- (sesuai estimasi manajemen). Berdasarkan contoh-contoh di atas, terlihat jelas bahwa nilai buku aktiva tetap pada akhir masa manfaatnya mencerminkan estimasi nilai residu.

B. Metode Pembebanan yang Menurun
            Metode ini terdiri atas metode jumlah angka tahun dan metode saldo menurun ganda. Beberapa kondisi yang memungkinkan penggunaan metode beban menurun adalah sebagai berikut: kontribusi jasa tahunan yang menurun, efisiensi operasi atau prestasi operasi yang menurun, terjadi kenaikan beban perbaikan dan pemeliharaan, turunnya aliran masuk kas atau pendapatan, dan adanya ketidakpastian mengenai besarnya pendapatan dalam tahun-tahun belakangan.
1)      Metode Jumlah Angka Tahun
Metode ini menghasilkan beban penyusutan yang menurun dalam setiap tahun berikutnya. Perhitungannya dilakukan dengan mengalikan suatu seri pecahan ke nilai perolehan aktiva yang dapat disusutkan. Besarnya nilai perolehan aktiva yang dapat disusutkan adalah selisih antara harga perolehan aktiva dengan estimasi nilai residunya. Pecahan yang dimaksud didasarkan pada masa manfaat aktiva bersangkutan. Unsure pembilang dari pecahan ini merupakan angka tahun yang diurutkan secara berlawanan (dengan kata lain mencerminkan banyaknya tahun dari umur ekonomis yang masih tersisa pada awal tahun bersangkutan), sedangkan unsure penyebut dari pecahan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh angka tahun dari umur ekonomis aktiva atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (variable n yang dimaksud dalam rumus ini adalah lamanya estimasi masa manfaat aktiva) :
                                    n (n + 1)
                                                      2
            Dalam metode jumlah angka tahun ini, sesungguhnya tidak ada pemikiran konseptual yang luar biasa, yang ada hanyalah skema ilmu hitung yang membuat besarnya beban penyusutan periodic menurun dari satu periode ke periode berikutnya dan seluruh nilai perolehan aktiva yang dapat disusutkan dialokasikan sepanjang umur aktiva.
            Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-. Berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,- pada akhir tahun kelima. Dengan menggunakan contoh ini, besarnya unsure penyebut dari pecahan akan menjadi 15, yang diperoleh dari hasil =1+2+3+4+5, atau [5(5+1)]:2. sedangkan besarnya unsure pembilang dari pecahan akan menurun setiap tahunnya, masing-masing selisih 1. untuk aktiva tetap yang memiliki umur ekonomis 5 tahun, maka besarnya unsure pembilang pada tahun pertama adalah 5, sedangkan pada tahun kedua adalah 4, dan seterusnya.
Dengan menggunakan metode jumlah angka tahun, besarnya penyusutan tahunan akan dihitung sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Akhir Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku akhir

        2008
        2009
        2010
        2011
        2012

5/15 x (100.000 - 5.000) = 31.667
4/15 x (100.000 - 5.000) = 25.333
3/15 x (100.000 - 5.000) = 19.000
2/15 x (100.000 - 5.000) = 12.667
1/15 x (100.000 - 5.000) =   6.333

31.667
57.000
76.000
88.667
95.000
100.000
  81.000
  62.000
  43.000
  24.000
    5.000
            Ketika aktiva tetap dibeli dan ditempatkan pemakainya bukan pada awal tahun, maka besarnya masing-masing penyusutan untuk satu tahun penuh di atas harus dialokasikan diantara dua tahun yang memperoleh manfaat. Sebagai contoh, asumsi bahwa aktiva tetap di atas dibeli dan ditempatkan pemakaiannya pada awal bulan Agustus 2008. besarnya beban penyusutan untuk tahun 2008 akan menjadi 5/12 x 5/15 ( Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) = Rp. 13.194.445,-.
Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2009 akan menjadi:
7/12 x 5/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp. 18.472.222,-
5/12 x 4/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp. 10.555.556,-
                                                                                 Rp. 29.027.778,-
Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2010 akan menjadi:
7/12 x 4/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp.14.777.778,-
5/12 x 3/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp.  7.916.667,-
                                                                                Rp. 22.694.445,-



Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2011 akan menjadi:
7/12 x 3/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp. 11.083.333,-
5/12 x 2/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp.   5.277.778,-
                                                                                Rp. 16.361.111,-
Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2012 akan menjadi:
7/12 x 2/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp.  7.388.889,-
5/12 x 1/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp.  2.638.889,-
                                                                                Rp. 10.027.778,-
Besarnya beban penyusutan untuk tahun 2013 akan menjadi:
7/12 x 5/15 x (Rp.100.000.000 – Rp.5.000.000) = Rp. 3.694.444,-
2)      Metode Saldo Menurun Ganda
Metode ini menghasilkan suatu beban penyusutan periodic yang menurun selama estimasi umur ekonomis aktiva. Jadi, metode ini pada hakikatnya sama dengan metode jumlah angka tahun dimana besarnya beban penyusutan akan menurun setiap tahunnya. Beban penyusutan periodic dihitung dengan cara mengalikan suatu tariff persentase (konstan) ke nilai buku aktiva yang kian menurun. Besarnya tariff penyusutan yang umum dipakai adalah dua kali tariff penyusutan garis lurus, sehingga dinamakan sebagai metode saldo menurun ganda. Aktiva tetap dengan estimasi masa manfaat 5 tahun akan memiliki tariff penyusutan garis lurus 20% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda 40%, sedangkan aktiva tetap dengan estimasi masa manfaat 10 tahun akan memiliki tariff penyusutan garis lurus 10% dan tariff penyusutan saldo menurun ganda 20%, dan seterusnya.
Dengan metode saldo menurun ganda, besarnya estimasi nilai residu tidak digunakan dalam perhitungan, dan penyusutan tidak akan dilanjutkan apabila nilai buku aktiva telah sama atau mendekati estimasi nilai residunya. Besarnya penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aktiva harus disesuaikan agar supaya nilai buku diakhir masa manfaat aktiva tetap tersebut mencerminkan besarnya estimasi nilai residu.
Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Januari 2008 dibeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp. 100.000.000,-. Berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun dengan nilai sisa sebesar Rp. 5.000.000,- pada akhir tahun kelima. Dengan menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode saldo menurun ganda (double declining balance method) diterapkan, maka besarnya penyusutan tahunan akan dihitung sebagai berikut (dalam ribuan Rupiah):
Akhir Tahun
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku akhir

        2008
        2009
        2010
        2011
        2012

               100.000 x 40% = 40.000
                 60.000 x 40% = 24.000
                 36.000 x 40% = 14.400
                 21.600 x 40% =   8.640
             95.000 – 87.040 = 7.960

40.000
64.000
78.400
87.040
95.000
   100.000
     60.000
     36.000
     21.600
     12.960
       5.000

            Perhatikanlah bahwa besarnya beban penyusutan tiap tahun (kecuali diakhir masa manfaatnya) diperoleh dengan tanpa memperhitungkan nilai residu. Nilai buku pada awal tahun pertama adalah sebesar harga perolehannya. Besarnya beban penyusutan untuk tahun pertama pemakaian diperoleh dengan cara mengalikan harga perolehan aktiva ke suatu tariff persentase konstan (40%). Besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun pertama (akhir tahun 2008) adalah sebesar beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008, yaitu Rp.40.000.000,-. Nilai buku pada akhir tahun 2008 (Rp.100 juta – Rp.4o juta = Rp.60 juta) akan merupakan nilai buku bagi awal tahun 2009, yang kemudian nilai buku ini akan dikalikan dengan 40% untuk menghitung besarnya beban penyusutan tahun 2009. besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2009 diperoleh dengan cara menjumlahkan besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2008 (awal tahun 2009) dengan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2009, dan seterusnya.
            Yang perlu mendapat perhatian khusus disini adalah pada waktu menghitung besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012, yang dimana merupakan tahun terakhir dari estimasi umur ekonomis. Besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 tidaklah dihitung melalui hasil perkalian antara nilai buku pada akhir tahun 2011 (Rp.12.960.000) dengan tariff 40%. Ingat sekali lagi, bahwa besarnya beban penyusutan untuk tahun terakhir dari umur ekonomis aktiva harus disesuaikan agar supaya nilai buku diakhir masa manfaatnya tersebut mencerminkan estimasi nilai residu.
            Dalam contoh ini, karena besarnya estimasi nilai residu adalah Rp.5.000.000,- dan agar supaya besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2012 menjadi Rp.95.000.000, maka besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2012 ini (Rp.95.000.000) dikurangi dengan besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2011 (Rp.87.040.000) akan menghasilkan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012 (Rp.7.960.000). besarnya akumulasi penyusutan pada akhir tahun 2012 (Rp.95.000.000) diperoleh dari hasil pengurangan harga perolehan (Rp.100.000.000) dengan besarnya estimasi nilai residu yang telah ditetapkan (Rp.5.000.000). cara lain untuk menghitung besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2012  adalah nilai buku pada akhir tahun 2011 (Rp.12.960.000) dikurangi dengan besarnya estimasi nilai residu yang telah ditetapkan (Rp.5.000.000).
            Dalam contoh di atas, diasumsikan bahwa aktiva tetap dibeli dan ditempatkan pemakaiannya pada awal tahun (awal Januari 2008). Hal ini sesungguhnya sangat jarang terjadi dalam praktik. Jika seandainya aktiva dibeli dan ditempatkan penggunaannya pada awal bulan bulan Maret 2008, maka besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi 40% x Rp.100 juta x 10/12 = Rp. 33.333.333,-. Sedangkan besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2009 adalah [40% x (Rp.100.000.000-Rp.33.333.333)] = Rp.26.666.667,-.
Berdasarkan Penggunaan
            Berdasarkan factor penggunaan, penyusutan aktiva terutama terkait dengan output dari aktiva yang bersangkutan atau tingkat jasa yang diberikan. Dalam hal ini, estimasi umur ekonomis aktiva dapat dinyatakan baik dalam satuan unit produksi ataupun jumlah jam jasa (operasional).
A. Metode Jam Jasa
            Teori yang mendasari metode ini adalah bahwa pembelian suatu aktiva menunjukkan pembelian sejumlah jam jasa langsung. Dalam menghitung besarnya beban penyusutan, metode ini membutuhkan estimasi umur aktiva berupa jumlah jam jasa yang dapat diberikan oleh aktiva bersangkutan. Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total jam jasa, menghasilkan besarnya tariff penyusutan untuk setiap jam pemakaian aktiva. Pemakaian aktiva sepanjang periode (jumlah jam jasanya) dikalikan dengan tariff penyusutan tersebut akan menghasilkan besarnya beban penyusutan periodic. Besarnya beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada jumlah konstribusi jam jasa yang diberikan oleh aktiva bersangkutan.
            Sebagai contoh, asumsi bahwa pada akhir bulan Maret 2008 dibeli sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-, berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan dapat beroperasi selama 25.000 jam dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-. Dengan menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode jam jasa diterapkan, maka besarnya tariff penyusutan untuk setiap jam pemakaian aktiva adalah :
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 jam = Rp.3.800,- per jam.
Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah dipakai selama 4.200 jam, maka besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi Rp.3.800/jam x 4.200jam = Rp.15.960.000,-.

B. Metode Unit Produksi
            Metode unit produksi didasarkan pada anggapan bahwa aktiva yang diperoleh diharapkan dapat memberikan jasa dalam bentuk hasil unit produksi tertentu. Metode ini memerlukan suatu estimasi mengenai total unit output yang dapat dihasilkan aktiva. Harga perolehan yang dapat disusutkan (harga perolehan dikurangi dengan estimasi nilai residu) dibagi dengan estimasi total output, menghasilkan besarnya tariff penyusutan aktiva untuk setiap unit produksinya. Jumlah unit produksi yang dihasilkan selama suatu periodic dikalikan dengan tariff penyusutan per unit menghasilkan besarnya beban penyusutan periodic. Besarnya beban penyusutan ini akan berfluktuasi setiap periodenya tergantung pada kontribusi yang dibuat oleh aktiva dalam unit yang dihasilkannya.
            Sebagai contoh, asumsi bahwa pada awal bulan Maret 2008 dibei sebuah aktiva tetap dengan harga perolehan sebesar Rp.100.000.000,-. Berdasarkan estimasi manajemen, aktiva tetap ini diperkirakan dapat menghasilkan 25.000 unit produksi dengan nilai sisa sebesar Rp.5.000.000,-. Dengan menggunakan contoh tersebut, dan apabila metode unit produksi diterapkan, maka besarnya tariff penyusutan untuk setiap unit produksi yang dihasilkan adalah :
(Rp.100.000.000-Rp.5.000.000) : 25.000 unit = Rp.3.800,- per unit.
Jika sepanjang tahun 2008, aktiva tersebut telah memproduksi 4.200 unit, maka besarnya beban penyusutan untuk pemakaian tahun 2008 akan menjadi Rp.3.800,-/unit x 4.200 unit = Rp.15.960.000,-.


Sumber: hanifsky

0 komentar:

Copyright © 2012 Riwayat Belajar.