Perilaku Kelompok
Kelompok dapat mempengaruhi perilaku anggotanya secara langsung dengan cara penekanan sosial. Perilaku penyesuaian pada norma-norma kelompok dikenal sebagai “kepatuhan” dan tindakan ini tidak mesti sesuai dengan sikap pribadi seseorang.
Alasan kepatuhan terhadap norma kelompok biasanya takut terhadap hukuman atau penolakan oleh kelompok. Seperti kita ketahui dalam studi Wiring Room kelompok mempunyai banyak taktik untuk menjaga kepatuhan. Taktik-taktik tersebut meliputi: mengganggu, mencemooh, mentertawakan, memberi ancaman-ancaman, mengasingkan, merusak milik pribadinya serta ‘ancaman tersembunyi’.
Kelompok juga dapat mempengaruhi sikap dan keyakinan seseorang. Bila anggota kelompok sering kali berkumpul dan mereka bergantun sama lain dalam membantu menafsirkan pengalaman-pengalaman bersamanya, maka mereka cenderung mengembangkan sikap dan keyainan yang sama.
Dengan mempengaruhi sikap dan keyakinan anggota, kelompok secara tidak langsung mempengaruhi perilaku anggotanya karena perilaku seseorang cenderung konsisten dengan sikapnya jika tidak mendapatkan tekanan sosial yang kuat untuk bertindak lain.
Di dalam kelompok para anggota dituntut berperilaku untuk mencapai tujuan kelompok. Masing-masing anggota kelompok mempunyai peran sendiri-sendiri. Ini merupakan pembagian pekerjaan, yang jika dikerjakan secara total akan menghasilkan tingkat efektivitas kelompok. Oleh sebab itu tiap-tiap anggota memliki deskripsi tugas sebagai pedoman kerja yang harus dikerjakan.
Ada tiga jenis perilaku yang membuat dinamika kelompok, yang oleh George humans (1950) disebut tiga ‘unsur dasar’, yaitu:
1. Activities (kegiatan-kegiatan), ialah apa yang dikerjakan atau di perbuat, seperti merencanakan, mengangkat, berjalan, meggali, mengambil, dan sebagainya yang memerlukan gerakan/gerakan otot /tubuh.
2. Interactions (interaksi), ialah komunikasi dalam bentuk apa pun dan di mana pun di antara para anggota kelompok. interaksi ini tidak harus verbal, bahkan kebanyakan non-verbal, yang dapat dibedakan ke dalam empat jenis interactions: pseudo interactions, reactions, asymmetrics, dan mutual interactions.
3. Sentiments ialah ‘keadaan internal/batin manusia‘ yang mencakup motivasi, dorongan, emosi, perasaan dan sikap. Tidak seperti activities dan interactions, sentiment tidak dapat dilihat atau dipantau.
Kita telah mengetahui bahwa perilaku anggota kelompok sangat dipengaruhi oleh norma-norma kelompok dan penekanan social. Sekarang saatnya mengetahui lebih banyak pola-pola perilaku dalam kelompok.
4.1. Perilaku yang Berorientasi Pada Tugas
Riset atas perilaku dalam kelompok telah mengidentifikasi dua kategori yang esensial bagi keberhasilan dan kelangsungan kelompok. Kategori yang pertama dinamakan “perilaku berorientasi pada tugas”, meliputi perilaku yang membantu kelompok dalam memilih tujuan dan yang memajukan dalam pencapaian tujuan. Tipe spesifik dari perilaku yang berorientasi pada tugas yang terjadi dalam kelompok banyak ditentukan oleh sifat pekerjanya. Dalam suatu kelompok yang bekerja pada tugas produksi rutin,pada umumnya perilaku yang berorientasi pada tugas akan meliputi aktivitas produksi, seperti: mensortir, merakit, menguji, memperbaiki, pengepakan pengiriman, pemberian label, penyempurnaan dan operasi mesin.
Dalam suatu kelompok yang melakukan tugas pembuatan keputusan, pada umumnya perilaku yang berorientasi akan meliputi Pertukaran, Analisa serta Evaluasi Informasi dan Ide. Misalnya, session pembuatan keputusan tertentu. Sejumlah anggota akan menyediakan informasi tentang masalah yang harus dipecahkan kelompok. Anggota-anggota yang lain akan menafsirkan informasi tersebut, memberikan pendapat-pendapatnya tentang yang menjadi sumber-sumber masalah serta menyarankan pemecahan yang mungkin. Sejumlah orang yang mungkin meminta penjelasan atau perincian komentar dari pihak yang lainnya. Secara periodic, mungkin seseorang meringkaskan apa yang telah dibicarakan atau menyatakan bahwa pembahasannya telah jauh menyimpang dari dasarnya. Kadang-kadang seseorang berusaha untuk mengajak maju kearah kesepakatan pada satu pemecahan dan mendesak untuk mengambil sebuah keputusan.
4.2. Perilaku Pemelihara Kelompok (Goup Maintenance Behavior)
Kategori perilaku lainnya yang esensial bagi efektifitas dan kelangsungan kelompok dikenal sebagai “perilaku pemelihara kelompok”. Kategori yang luas ini meliputi segala perilaku yang membantu dalam meningkatkan hubungan antar pribadi, memelihara jalinan dalam kelompok, serta menyelesaikan konflik diantara anggota. Bila terdapat permusuhan dan pertentangan yang berlebihan dalam kelompok, pelaksanaan kerja akan merugi dan mungkin kelangsungan hidup kelompok dapt terancam. Karena alasan ini perilaku yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok sama pentingnya dengan perilaku yang berorientasi pada tugas.
Banyak tipe spesifik dari perilaku yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok seringkali dilakukan. Misalnya: jika satu anggota merasa cemas dan tidak aman, anggota-anggota lain bisa memberikan dorongan dan dukungan. Para anggota dapat membantu menciptakan suatu teposeliro dengan menyatakan penghargaannya dan kasih sayang satu sama lain. Jika konflik antar pribadi berkembang seseorang dapat bertindak sebagai mediator atau pendamai. Jika seseorang menarik diri dari kelompoknya karena perasaan diabaikan atau ditolak, seseorang dapat melakukan bujukan pada orang tersebut agar tetap menjadi anggota kelompoknya. Jika kelompok tersebut menghadapi tantangan yang sulit atau ancaman dari luar, seseorang dapat memberikan penjelasan perlunya anggota mengingatkan diri bersama dalam tim kerja dan menunjukkan sebagai front yang terpadu dan tangguh.
4.3. Orientasi Perilaku Pribadi
Disamping perilaku yang berorientasi pada tugas dan yang berorientasi pada pemeliharaan kelompok, biasanya terdapat perilaku yang berorientasi pada pribadi. Termasuk dalam kategori perilaku ini adalah tindakan-tindakan orang yang hanya memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi tidak mempermudah pencapaian tujuan kelompok atau jalinan kelompok. Perilaku yang berorientasi pribadi sering dalam melakukan tugas-tugasnya mengacaukan kelompok dan merintangi pemecahan masalah. Misalnya, seseorang mungkin mencari perhatian dengan komentar-komentar yang profokatif, bergurau yang berlebihan, membual dan senda gurau kasar. Seseorang mungkin mencari simpati dengan membicarakan masalah pribadi orang lain serta sakit-sakitan. Termasuk juga perilaku yang berorientasi pada pada pribadi adalah usaha untuk mendominasi diskusi dengan terus melakukan gangguan dan berteriak-teriak mengganggu pembicara lain.
Usaha lain untuk mendominasi termasuk ancaman-ancaman untuk meninggalkan kelompok atau tidak memberikan bantuan jika seseorang tidak menurut cara dirinya. Berlebihannya perilaku yang berorientasi pribadi dapat merusak jalinan kelompok disamping pelaksanaan kerjanya. Jalinan kelompok akan hancur bila ketidaksepakatan, persaingan, atau iri hati mengarah pada fitnah pribadi, cemoohan, ancaman, serta tindakan-tindakan negatif.Sumber: hanifsky
0 komentar: